August 2012

0

Teman Jumatan Sahin & Jiwa Bisnis Tevez

Posted on Tuesday, August 28

Minggu pagi yang cerah di Indonesia ketika saya terbangun dan membuka timeline twitter saya penuh dengan gambar Nuri Sahin oleh akun-akun fanspage LFC yang telah memberi info bahwa Sahin akhirnya resmi ke Anfield, setelah sempat berputar-putar di langit London yang malah kemudian menemui dirinya sakit hati ketika Arsene Wenger berkata dirinya tidak lebih baik dari Jack Wilshere. Fans-fans Arsenal yang seminggu sebelumnya memuji-muji Sahin pun, (sampai-sampai mem-photoshopnya dengan Kaos Arsenal), jadi ikut-ikutan kata-kata Profesor-rambut-putih-yang-konon-master-ekonomi itu. Yang sekarang konon jadi Master-PHP.

Liverpool tahu betul apa yang dibutuhkan untuk menarik hati Sahin. Mengetahui karena tidak mungkin memasukkan poin “Kami bermain di Liga Champions” dalam proposal peminjaman kepada Sahin. Liverpool mengambil opsi lain, seminggu sebelumnya, ketika Sahin digembor-gemborkan bakal ke Arsenal, Liverpool dengan dingin mentransfer Oussama Assaidi. Brendan kemudian dengan cerdas menuliskan poin “Kami menghormati agama setiap pemain. Kami telah menyiapkan calon teman jumatan kamu. Kamu bisa sholat berjamaah dengan tenang tanpa perlu khawatir disini.” ke dalam proposal tadi. Manjur, Sahin berpikir kembali dan akhirnya memilih Liverpool.

Malamnya setelah Sahin diumumkan secara resmi, tamu Manchester City telah menunggu. Game yang spesial untuk Raheem Sterling. Pemuda luar biasa yang ketika di umur 17 tahun ini saya cuma masih bisa menulis artikel ini di sudut kamar. Dia dengan umur yang sama, sudah mencatat debut Premier League dari starter di Anfield sana. Dia sama sekali tidak demam panggung. Beberapa kali Sterling merepotkan Zabaleta dan Kolo Toure dari kiri. Sayang, otot-otot Sterling belum terbentuk dengan sempurna, akselerasi brilian yang seharusnya menjadi peluang, sering gagal sia-sia ketika Kolo Toure datang menempelkan ototnya pada Sterling.

Selain Sterling, Joe Allen adalah nama yang paling menonjol di pertandingan tersebut dalam hal passing dan visi bermain. Mencatat passing accuracy sebesar 100% di babak pertama dan 93,5% di babak kedua membuat dia pantas menjadi man-of-the-match. Saya khawatir Liverpool akan kalah di lini tengah ketika di menit awal, Lucas sudah harus keluar karena cedera. Karena Yaya Toure, Samir Nasri, James Milner, dan Nigel de Jong semuanya tipe gelandang petarung. Namun saya menyadari ternyata kekhawatiran saya tak beralasan saat Allen bermain dengan saat lugas. Tak heran, Mancini bahkan memasukkan Jack Rodwell di babak kedua dibanding memasukkan David Silva terlebih dahulu, menyadari lini tengahnya kalah dari Liverpool.

Martin Skrtel, terlepas dari back-pass-nya, dia terlihat sangat terpukul sekali. Setidaknya itu menunjukkan bahwa dia benar-benar mencintai klub ini, juga jangan pernah lupakan, tidak ada yang lebih baik di dunia ini selain mencetak gol pertama bagi klub di musim ini di hadapan tribun The Kop. Bandingkan dengan Mario Balotelli, mau dia membuang peluang, mendapat kartu merah, bertengkar dengan rekan setim, atau membakar rumahnya sendiri dengan petasan, mukanya tetap lurus, tanpa ada raut muka penyesalan sedikit pun.

Kembali ke pertandingan. Di akhir pertandingan, scoreboard menunjukkan skor imbang untuk dua tim. Dua gol Liverpool adalah dari set piece, dua gol City adalah dari blunder. Meski tercipta empat gol, sejujurnya tidak banyak momen menarik dalam pertandingan tersebut kecuali free-kick luar biasa indah Luis Suarez dan momen ketika Steven Gerrard dan Pablo Zabaleta terjatuh tepat di tribun fans City. Momen yang menggelitik. Dari sorotan kamera, terlihat fans City lebih memilih untuk membantu Gerrard untuk kembali berdiri daripada membantu Zabaleta. Tentu Stevie tidak lupa untuk berkata kepada mereka, “Sorry for your help. But tell to your boss. I’m one-man-team and unbuy-able.”

Oh iya, saya hampir lupa, ada satu lagi hal menarik dari pertandingan ini. Seusai wasit meniup peluit akhir petandingan. Carlos Tevez datang menghampiri Sterling dan bertukar kaos dengan Sterling. Saya harus mengakui jiwa bisnis yang luar biasa dari Tevez. Dia seperti tahu benar cara berinvestasi untuk masa depannya. Di masa pensiunnya kelak, Tevez berpikir, ketika dirinya sudah tidak sekaya sekarang dan terbelit hutang, dia akan berjalan menuju lemari kaosnya, mengambil kaos Sterling, mem-fotonya, dan menguploadnya di twitter, “Jual jersey vintage Liverpool. Raheem Sterling. Grade ori.”