5 Reasons To Watch German Football
Posted on Sunday, March 10
Tidak adil
rasanya bila kita menyangsikan bahwa sepak bola Jerman adalah kompetisi kasta nomor
2 di Eropa. Berikut beberapa alasan untuk hal itu.
1. They get pace
in their proper football
Saya pribadi
tidak banyak mengenal pemain-pemain yang saya tonton, tapi saya selalu
menikmati mereka bermain dengan permainan yang mengandalkan transisinya bola
yang cepat. Bila kita cermati 4 tim teratas dalam klasemen Bundesliga musim
ini, yakni, Bayern, Dortmund, Leverkusen, dan Schalke, semuanya menggunakan
formasi 4-2-3-1. Leverkusen terkadang memakai 4-3-3, tapi prakteknya di
lapangan, mereka sering bertransformasi dengan hanya memiliki 1 striker pada
sosok Stefan Kießling. Dalam formasi
4-2-3-1, sebuah tim menjadi mempunyai 2 holding midfielder di belakang seorang trequartista.
Dan biasanya diantara 2 holding midfielder tersebut, selalu ada yang berperan
lebih destroyer dan yang lainnya berperan sebagai passer. Ini memungkinkan
sebuah tim untuk bertransisi cepat dari kondisi bertahan menjadi menyerang,
tentu dengan bantuan trequartista yang mempunyai banyak opsi untuk membangun
serangan dengan masih adanya 2 winger dan seorang striker di sekelilingnya.
Pada era sepak bola millennium awal, Rafa Benitez, harus diakui sebagai orang yang
mempopulerkan formasi ini. Saat di Valencia, dia memenangkan La Liga dan UEFA
Cup dengan duet Ruben Baraja dan David Albelda ditambah trequartista dalam diri
Pablo Aimar.
2. They develop young players well
Mata dan telinga
kita seakan menjadi saksi bagaimana Jerman melahirkan bakat-bakat muda yang
luar biasa dalam 5 tahun terakhir. Angkatan ‘tertua’ dari masa yang singkat ini
dipimpin oleh Mesut Ozil dan Thomas Muller. Mereka telah membuktikan kematangan
mereka di World Cup 2010, Muller bahkan jadi top scorer. Tidak berhenti disitu
saja, kemudian muncul lagi nama-nama seperti Reus, Gotze, dan Kießling. Mereka
digadang-gadang sudah menjadi tulang punggung Jerman di Brazil tahun depan. Dan
untuk angkatan yang paling baru, muncul lah nama Julian Draxler. Dia menjadi pemain
termuda yang mencatat 100 caps di Bundesliga dalam usia 19 tahun. Kemunculan
Draxler ini ibarat anomali. Posisi awalnya adalah lebih ke kiri. Namun ketika
Holtby dijual ke Spurs dan kebetulan Afellay cedera. Draxler digeser sebagai trequartista,
hasilnya malah positif, dia mencetak banyak gol.
3. They have quality in Europe
Ketika Inggris,
Spanyol, dan Italia seret wakil di fase quarter final Liga Champions nanti.
Jerman malah berpeluang menjadi negara penyumbang tim terbanyak. Dortmund sudah lolos, Bayern bahkan sudah menelepon Arsene
Wenger untuk booking satu tempat, begitu pun Schalke, mempunyai kans lolos yang sangat
besar dengan memiliki second leg rabu besok di Veltins Arena dengan tabungan 1
gol tandang. Perlu diketahui juga, dari ketiga wakil Jerman di Liga Champions musim
ini, semuanya menjadi juara grup. Schalke finish di atas Arsenal (lagi-lagi
saya harus menyinggung tim tersebut..). Lalu Dortmund nyaman di puncak, di atas para
jawara La Liga, Premier League, dan Eredivisie musim lalu. Bayern? Tak usah tanyakan keabsahannya.
4. Second home for Asians
Jangan terkejut bila
suatu hari nanti anda melihat daftar komoditi eskpor terbesar negara Jepang dan
Korea Selatan di majalah Forbes. Mungkin akan tercantum daftar ‘Pemain sepak
bola’ dalam daftar tersebut. Tak heran, karena memang itu lah yang terjadi. Di
Jerman, pemain-pemain dari Asia tidak serta
merta dikontrak hanya untuk trial atau hanya menjadi katalis dalam penjualan
merchandise tim. Mari ambil contoh sedikit dari sekian banyak yang menjadi regular
di tiap gameweek, Okazaki di Sttutgart, Uchida di Schalke, Ji Dong Woon dan
Koo Ja Cheol di Augsburg. Serta yang lebih membuat Asia bangga, Makoto Hasebe telah
menjadi kapten Wolfsburg, lalu rekan senegaranya, Shinji Kagawa, pemain Asia pertama yang catat hattrick di ranah Britania pekan lalu
adalah lulusan Bundesliga.
5. Atmosphere and crowd
Bundesliga musim
lalu tercatat menjadi liga dengan penonton terbanyak yang datang langsung ke
stadion. Walaupun harga tiket pertandingan di Jerman terkenal tidak
murah, hingga menjelang laga putaran terakhir yang digelar akhir musim lalu,
tercatat 13.360.131 penonton hadir di stadion. Statistik yang menunjukkan
keberhasilan federasi sepak bola Jerman mengolah liganya sehingga membuat
penonton nyaman. Soal fanatisme, saya tidak akan terlalu banyak berkomentar, cukup coba anda saksikan pertandingan antara Manchester
City dan Dortmund di Etihad Oktober tahun lalu, lihat betapa gilanya
fanatisme away fans Dortmund di tribun kala itu.
Discussion