0

Paham Politikisme Dalam Sepak Bola

Posted on Tuesday, March 13

Berbicara tentang sepak bola, erat kaitannya dengan politik. Keduanya saling berkaitan antar satu sama lain. Apalagi di negara-negara yang sepak bolanya masih dalam tahap berkembang seperti di Indonesia. Tidak hanya di negara-negara yang berkembang, di negara-negara yang maju pun demikian. Siapa yang tidak mengenal Silvio Berlusconi? Mantan perdana menteri Italia yang pernah menjabat dalam 3 periode yang berbeda. Ia pemilik klub AC Milan. Saat menjadi perdana menteri, Silvio Berlusconi tidak melulu berurusan dengan politik, ia dikenal sebagai pebisnis ulung, ia mengakuisisi AC Milan dan menjadikan klub itu ladang bisnisnya selain perusahaan stasiun tv nasional dan surat kabar terbesar di Italia yang dimilikinya.
Di negara kita, sepak bola bukan menjadi rahasia lagi bila telah menjadi dagangan politik. Para politikus-politikus berlomba-lomba mencari simpatisannya melalui jalur ini. Bukan hal yang baru jika kita sering melihat stadion-stadion di Indonesia sering disewa untuk digunakan acara-acara kampanye. Saya masih ingat tahun 2008, rumput stadion utama Gelora Bung Karno rusak berat akibat acara partai politik yang diadakan disana, padahal sehari setelah itu timnas kedatangan raksasa dari Jerman, Bayern Muenchen. Apa daya? Kita harus melihat Oliver Kahn menjalani laga perpisahannya di lapangan yang rumputnya rusak berat.
Negara kita masih dalam tahap mengindustrialisasikan sepak bolanya. Dalam arti, sepak bola kita belum sepenuhnya profesional layaknya di Eropa. Hal tersebut kembali erat kaitannya dengan politik. Belum profesional sepenuhnya sama saja masih mengandalkan APBD. Dalam hal ini lah para politikus-politikus di daerah menggunakan sepak bola untuk memuluskan kepentingannya khususnya disaat masa-masa menjelang pilkada atau sejenisnya.
Kasus terbaru terdapat pada sosok Alex Noerdin. Gubernur Sumatera Selatan yang mengaku juga sebagai pengagum olahraga di negeri ini. Akhir-akhir ini Alex Noerdin disebut-sebut akan diusung partai Golkar dibawah naungan Aburizal Bakrie untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada masa periode yanga kan datang. Entah partai Golkar yang memang jago berpolitik dalam sepak bola atau bagaimana, seperti saat AFF 2010 timnas diundang dijamu makan di kediaman petinggi Golkar itu.
Start “kampanye” awal telah dilakukan ketika Persija melawan Persegres di GBK. Alex Noerdin tampak datang menonton pertandingan sambil memakai syal Persija. Cukup aneh bukan, seorang gubernur Sumatera Selatan datang menonton Persija dan memakai syal oranye kebanggaan Persija, padahal Sumatera Selatan sendiri punya Sriwijaya FC. Padahal seminggu sebelumnya, banner Alex Noerdin masih terpampang jelas di samping lapangan Gelora Jakabaring Palembang ketika Sriwijaya menjamu Mitra Kukar. Alex Noerdin tidak sendiri hadir di GBK, ia didampingi Hendry Zainuddin yang tidak bukan merupakan direktur teknik dari Sriwijaya FC. Hendry bahkan terlihat lebih “aneh” lagi, ia bahkan memakai kaos oranye kebanggaan Persija. Apakah tidak lebih aneh, seorang direktur teknik suatu tim datang menonton tim yang merupakan rival dari timnya sendiri dan memakai kaos tim rivalnya tersebut.
Jika alasan yang dikemukakan nantinya adalah beliau-beliau ini menonton Persija dan memakai atribut Persija dikarenakan Sriwjiaya masih memiliki ikatan historis dengan Persijatim Jakarta Timur di masa lalu. Maka saya bersukur selama ini bukan menjadi bagian pendukung sejati Sriwijaya, karena saya tidak merasakan sakit hati seperti yang dirasakan fans-fans Sriwijaya disana.

Discussion

Leave a response